^INI SEMUA UNTUK MENYENANGKAN HATI NABI MUHAMMAD SAW^;

Friday, 21 October 2011

Bilal bin Rabbah (Orang pertama yang mengumandangkan Adzan)


Namanya adalah Bilal bin Rabah, Muadzin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, memiliki kisah menarik tentang sebuah perjuangan mempertahankan aqidah. Sebuah kisah yang tidak akan pernah membosankan, walaupun terus diulang-ulang sepanjang zaman. Kekuatan alurnya akan membuat setiap orang tetap penasaran untuk mendengarnya.
Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda’(putra wanita hitam).
Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Makah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abdud-dar. Saat ayah mereka meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir Quraisy.
Ketika Makah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung Shalallahu ‘alaihi wasallam mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.

Thursday, 20 October 2011

Kisah Menarik Mengenai Shalahuddin Al-Ayyubi (bagian 4)

Banyak kisah-kisah unik dan menarik mengenai Shalahuddin Al-Ayyubi yang layak dijadikan teladan, terutama sikap kesatria dan kemuliaan hatinya. Ditengah suasana perang, ia berkali-kali mengirimkan es dan buah-buahan untuk Raja Richard yang saat itu jatuh sakit.

Ketika menaklukkan Kairo, ia tidak serta-serta mengusir keluarga Dinasti Fatimiyah dari istana-istana mereka. Ia menunggu sampai raja mereka wafat, baru kemudian anggota keluarganya diantar ketempat pengasingan mereka. Gerbang kota tempat benteng istana dibuka untuk umum. Rakyat dibolehkan tinggal di kawasan yang dahulunya khusus untuk para bangsawan Bani Fatimiyah. Di Kairo, ia bukan hanya membangun Masjid dan benteng, tapi juga sekolah, rumah sakit dan bahkan gereja.

Sahalahuddin juga dikenal sebagai orang yang soleh dan wara'. Ia tidak pernah meninggalkan shalat fardhu dan gemar shalat berjama'ah. Bahkan ketika sakit keraspun ia tetap berpuasa, walaupun dokter menasihatinya agar berbuka. "Aku tidak tahu bila ajal akan menemuiku," katanya.