Ternyata memang betul, baru sebentar perjanjian ditanda tangani, kaum salib telah mengadakan pelanggaran. Maka Sultan Shalahuddin segera bergerak melancarkan serangan, tetapi kali ini masih gagal dan beliau sendiri hampir tertangkap. Beliau kembali ke markasnya dan menyusun kekuatan yang lebih besar.
Suatu kejadian yang mengejutkan Sultan dalam suasana perdamaian adalah tindakan seorang panglima tentara salib Count Rainald de Chatillon yang bergerak dengan pasukannya untuk menyerang kota suci Mekkah dan Madinah. Akan tetapi pasukan ini hancur binasa digempur Mujahid Islam di laut merah dan Count Rainald dan sisa pasukannya balik ke jerussalem. Dalam perjalanan, mereka telah erjumpa dengan satu iring-iringan kafilah kaum muslimin yang didalamnya terdapat seorang saudara perempuan Sultan Shalahuddin. Tanpa berpikir panjang, Count dan kaki tangannya menyerang kafilah tersebut dan menawan mereka termasuk saudara perempuan Sultan Shalahuddin. Dengan angkuh Count berkata "Apakah Muhammad Nabi mereka itu mampu datang untuk menyelamatkan mereka?"
Seorang anggota kafilah yang dapat meloloskan diri terus berlari dan melapor kepada shalahuddin mengenai apa yang telah terjadi. Sultan sangat marah terhadap terhadap pelanggaran genjatan senjata itu dan mengirim perutusan ke Jerussalem agar semua tawanan dibebaskan. Namun mereka tidak memberikan jawaban. Ujung-ujungnya kejadian ini, Sulatan keluar membawa pasukannya untuk menghukum kaum salib yang sering mengkhianati perjanjian itu.Terjadilah pertempuran yang sangat sengit di gunung Hittin sehingga peristiwa tersebut dikenal dengan perang Hittin.
Dalam pertempuran itu, Shalahuddin menang besar. Pasukan musuh yang berjumlah 45.000 oran hancur binasa dan hanya tinggal beberapa ribu saja yang sebagian besarnya menjadi tawanan termasuk count Rainald de Chatillon sendiri, semuanya dibawa ke Damaskus. Count Rainald yang telah menawan saudara perempuan sultan dan mempersendakkan Nabi Muhammad itu digiring kehadapan Beliau.
"Nah, bagaimana jadinya yang telah nampak oleh engkau sekarang? apakah saya tidak cukup menjadi pengganti Nabi besar Muhammad untuk melakukan pembalasan terhadap berbagai penghinaan engkau itu?" tanya Sultan Shalahuddin.
Shalahuddin mengajak Count agar masuk islam, tapi dia tidak mau. Maka diapun duhukum bunuh karena telah menghina Nabi Muhammad. Setelah melalui berbagai peperangan dan menaklukan berbagai benteng dan kota, sampailah Sultan Shalahuddin pada matlamat utamanya yaitu merebut kembali Baitul Maqdis. kini beliau mengepung Jerussalem selama empat puluh hari membuat penduduk didalam kota itu tidak dapat berbuat apa-apa dan kekurangan keperluan makanan. Waktu itu Jerussalem dipenuhi dengan kaum pelarian dan orang-orang yang selamat dalam perang Hittin. Tentara pertahanannya sendiri tidak kurang dari 60.000 orang.
Pada mulanya Sultan menyerukan agar kota suci itu diserahkan secara damai. Beliau tidak ingin bertindak seperti yang dilakukan oleh Godfrey dan orang-orangnya pada tahun 1099 M untuk membalas dendam. Akan tetapi pihak nasrani telah menolak tawanan baik dari sultan, bahkan mereka mengankat komandan perang untuk mempertahankan kota itu. Karena mereka menolak seruan, Sultan Shalahuddin pun bersumpah akan membunuh semua orang nasrani di dalam kota itu sebagai membalas dendam ke atas peristiwa 90 tahun yang lalu. Mulailah pasukan kaum Muslimin melancarkan serangan ke atas kota itu dengan anak panah dan menjanik.
Kaum salib membalas serangan itu dari dalam benteng. Setelah berlangsung serangan selama empat belas hari, kaum salib melihat bahwa pimtu benteng hampir musnah oleh serangan kaum Muslimin. Para pemimpin kaum salib mulai merasa takut melihat kegigihan dan kekuatan pasukan kaum Muslimin yang hanya tinggal menunggu waktu untuk bisa masuk kedalam benteng. Beberapa pemimpin nasrani telah keluar menemui Sultan Shalahuddin menyatakan hasratnya untuk menyerahkan kota suci secara aman dan minta agar nyawa mereka diselamatkan.
Akan tetapi Sultan menolak sambil berkata "Aku tidak akan menaklukkan kota ini kecuali dengan kekerasan sebagaimana kamu dahulu menaklukannya dengan kekerasan. Aku tidak akan membiarkan seorang nasrani pun melainkan akan kubunuh sebagaimana engkau membunuh semua kaum muslimin di dalam kota ini dahulu". setelah usaha diplomatik mereka tidak berhasil, Datuk Bandar Jerussalem sendiri datang menghadap Sultan dengan merendah diri dan minta dikasihani, memujuk dan merayu dengan segala cara. Namun Sultan Shalahuddin tidak menjawabnya.
Akhirnya ketua nasrani itu berkata : "jika tuan tidak mau berdamaidengan kami, kami akan balik dan membunuh semua tahanan (terdiri dari kaum muslimin sebanyak 4000 orang) yang ada pada kami. Kami juga akan membunuh anak cucu kami dan perempuan-perempuan kami. Setelah itu kami akan menghancurkan rumah-rumah dan bangunan yang indah-indah, semua harta dan perhiasan yang kami punya akan kami bakar. kami juga akan memusnahkan kubah Shahra', kami akan menghancurkan semua yang ada sehingga tidak ada apa-apa yang bisa dimanfaatkan lagi. Selepas itu, kami akan keluar untuk berperang mati-matian, karena sudah tidak ada apa-apa lagi yang kami harapkan selepas ini. Tidak seorang pun boleh membunuh kami sehingga sebilangan orang-orang tuan terbunuh terlebih dahulu. Nah, jika demikian keadaanya kebaikan apa lagi yang tuan boleh harapkan?"
Setelah mendengar kata-kata nekad dan ungutan itu, Sultan Shalahuddin menjadi lembut dan kasihan dan bersedia untuk memberikan keamanan. Beliau meminta nasihat para ulama yang mendampinginya mengenai sumpah berat yang telah duucapkannya. Para ulama mengatakan bahwa beliau harus menebus sumpahnya dengan membayar Kifarat sebagaimana yang telah di syariatkan.
Maka berlangsunglah penyerahan kota secara aman dengan syarat setiap penduduk harus membayar uang tebusan. Bagi lelaki wajib membayar sepuluh dinar, perempuan lima dinar dan anak-anak dua dinar saja. Barangsiapa yang tidak mampu membayar tebusan, akan menjadai tawanan kaum muslimin dan berkedudukan sebagai hamba. Semua rumah, senjata dan alat-alat perang lainnya harus ditinggalkan untuk kaum muslimin. Mereka boleh pergi kemana saja yang aman untuk mereka. Mereka diberi jangka waktu selama empat puluh hari untuk memenuhi syarat-syaratnya, dan barangsiapa yang tidak sanggup menunaikannya sehingga lewat dari waktu itu, ia akan menjadi tawanan. Ternyata ada 16.000 orang nasrani yang tidak sanggup membayar uang tebusan. Semuanya ditahan sebagai hamba.
Maka paa hari jum'at 27 Rajab 583 H, Sultan Shalahuddin bersama kaum muslimin memasuki Baitul Maqdis. mereka melantunkan "ALLAHU AKBAR" dan bersyukur kehadirat Allah SWT. Air mata kegembiraan menetes disetiap pipi kaum muslimin sebaik saja memasuki kota itu. Para ulama dan Sholehin datang mengucapkan tahniah kepada sultan Shalahuddin di atas perjuanganya yang telah berhasil. Apalagi Tarikh tersebut bersamaan dengan Tarikh Isra' Nabi Muhammad SAW dari masjidil haram ke masjidil aqsa'. Pada hari jum'at tersebut, kaum muslimin tidak sempat melaksanakan shalat jum'at di masjidil Aqsa karena sempitnya waktu. Mereka terpaksa membersihkan masjid suci itu dari babi, kayu-kayu salib, gambar-gambar rahib dan patung-patung yang dipertuhan oleh kaum kristian. Barulah pada jum'at berikutnya mereka melaksanakan shalat jum'at di masjidil Aqsa untuk pertama kalinya dalam masa 92 tahun. Kadi Muhyiddin bin Muhammad bin Ali bin Zaki telah bertindak selaku khatib atas izin Sultan Shalahuddin.
Kejatuhan Jerussalem ke tangan kaum Muslimin telah membuat bangsa Eropa marah. Mereka melancarkan kutipan yang disebut "Saladin tithe", yakni derma wajib untuk melawan Shalahuddin yang hasilnya digunakan untuk membiayai perang salib. Dengan angkatan perang yang besar, beberapa orang raja Eropa berangkat untuk merebut kota suci itu semula. Maka terjadilah perang salib ketiga yang sangat sengit. Namun demikian, Shalahuddin masih dapat mempertahankan Jerussalem sehingga perang tamat.
Setahun kemudian, tepatnya pada 4 maret 1193, Shalahuddin menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ketika meninggal dunia di damaskus, Shalahuddin tidak memiliki harta benda yang berarti. Padahal beliau adalah seorang pemimpin. Tapi hal baik yang ditinggalkan oleh orang baik selalu akan menjadi bagian kehidupan selamanya. Konstribusinya buat islam sungguh tidak pernah bisa diukur dengan apapun di dunia ini.
Kejatuhan Jerussalem ke tangan kaum Muslimin telah membuat bangsa Eropa marah. Mereka melancarkan kutipan yang disebut "Saladin tithe", yakni derma wajib untuk melawan Shalahuddin yang hasilnya digunakan untuk membiayai perang salib. Dengan angkatan perang yang besar, beberapa orang raja Eropa berangkat untuk merebut kota suci itu semula. Maka terjadilah perang salib ketiga yang sangat sengit. Namun demikian, Shalahuddin masih dapat mempertahankan Jerussalem sehingga perang tamat.
Setahun kemudian, tepatnya pada 4 maret 1193, Shalahuddin menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ketika meninggal dunia di damaskus, Shalahuddin tidak memiliki harta benda yang berarti. Padahal beliau adalah seorang pemimpin. Tapi hal baik yang ditinggalkan oleh orang baik selalu akan menjadi bagian kehidupan selamanya. Konstribusinya buat islam sungguh tidak pernah bisa diukur dengan apapun di dunia ini.
Komentar :
Post a Comment